artikel

Mahabbatulloh*

Oleh : Abdul Natsir

Pilar paling penting dalam beribadah adalah Mahabbatulloh atau cinta kepada Alloh. Cinta inilah yang mendorong seorang mukmin untuk memenuhi segala perintah dan menjauhi semua larangan Nya.

Seseorang yang mengaku sebagai mukmin wajib mencintai Alloh SWT. Hal ini berdasarkan firmanNya:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ۙوَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ. ( البقرة : 165)
Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat keras azab-Nya, (niscaya mereka menyesal).

Keimanan tentang mencintai Alloh juga berdasarkan pada hadits dari Sahabat Anas Bin Malik radliyallahu anhu, yang termaktub dalam kitab Shahihaini ( Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim) yaitu:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَالإِيْمَانِ: مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ ِممَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَيُحِبُّهُ إِلاَّ للهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ أنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
“Ada tiga perkara, yang apabila ketiganya ada pada diri seseorang, maka ia akan mendapatkan rasa manisnya iman. Yaitu: apabila Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada yang selain keduanya, apabila ia menyintai seseorang, namun ia tidak menyintainya kecuali karena Allah. Dan apabila ia membenci untuk kembali ke dalam kekafiran sesudah Allah menyelamatkannya dari kekafiran itu, seperti halnya ia membenci jika ia dilemparkan ke dalam api neraka.”

Imam Al Baihaqy menceritakan bahwa suatu Ketika Imam Junaidy Al Baghdady mengatakan ada seorang laki laki bertanya kepada Sang Guru yaitu Syaikh Imam Sirry As Saqothy dengan pertanyaan : “bagaimanakah keadaanmu hari ini” ? maka Sang Imam menjawab dengan kalimat syairnya yang pendek tapi dalam: مَن لم يبِتْ والحبُّ حشوُ فؤادِه #لم يدْرِ كيف تفتت الأكبادُ   
“Barangsiapa yang rasa cintanya belum merasuk kedalam hatinya, maka dia tidak akan tahu bagaimana rasanya patah hati.”

Ini menggambarkan betapa seseorang kalau sudah mencintai Tuhannya dia akan merasakan kegelisahan dan remuk redam nya hati ketika sebentar saja hatinya berpaling dari mengingatNya.

Sebagaiman seseorang yang sedang dimabuk asmara dengan sang kekasih, sehari saja tidak bertemu akan kelimpungan yaitu merasakan kegelisahan yang amat sangat. Maka bagaimana seseorang akan merindu, kalau dihatinya tidak ada cinta ?

Imam Abu Dujanah berkata: biasanya kalau sang shufi Siti Robiatul Adawiyah merasakan cinta yang mendalam atau sedang dimabuk cinta (kepada Tuhan tentunya) maka dia berkata:
تعصي الأله وأنت تظهر حبّه #هذا محال في الفعال بديع
لو كان حبّك صادقا لأطعته #إنّ المحبّ لمن أحبّ مطيع
Kamu durhaka kepada Alloh lalu menampakkan cinta kepadaNya, ini sesuatu yang mustahil dalam perbuatan yang indah.
Kalau saja cintamu benar tentu kamu akan menaatinya, karena orang yang mencintai sesuatu akan patuh kepada sesuatu itu.

Ini menggambarkan bahwa kecintaan kepada Tuhan tidak akan bisa mewujud ketika pada saat yang bersamaan menunjukkan sikap yang paradok yaitu pengingkaran dan kemaksiatan kepadaNya, kalau ini terjadi maka itu adalah cinta palsu.

Seseorang akan selalu patuh kepada siapa yang dikasihi, sebagaimana seorang yang sedang jatuh cinta apapun permintaan dan perintah kekasihnya akan selalu dipenuhi. Maka bagaimana bisa seorang mukmin menolak permintaan dan perintah Tuhan nya ? Cinta itu harus sepenuh hati tanpa reserve ini adalah jaminan garansi seseorang akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya dari yang dicintainya, sebagaiman dalam sebuah sabda Rosulullah SAW, beliau menjelaskan:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَتَى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلَاةٍ وَلَا صَوْمٍ وَلَا صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ. ( رواه البخاري )
Dari sahabat Anas bin Malik r.a : Bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; “Kapankah hari Kiamat terjadi wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “Apa yang telah kau persiapkan untuknya?” laki-laki itu menjawab; “Aku belum mempersiapkan banyak, baik itu shalat, puasa ataupun sedekah, namun aku hanya mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Belaiu bersabda: “Kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai.”

Imam Al Halimi yang bernama lengkap Abu ‘Abdillah Al-Husain bin Al-Hasan Al-Halimi, wafat pada tahun 403 H./1012 M di Bukhara yang  merupakan seorang ahli fikih, kalam, hadis, alim, cerdas, takwa, wara„ dan zuhud. mengatakan: bahwa cinta kepada Alloh itu mengandung banyak makna, antara lain sebagai berikut :

  1.  Yakin bahwa Alloh Maha Perkasa, Maha terpuji di semua sisi, tidak ada satupun dari sifat Nya kecuali itu adalah pujian baginya.
  2.  Meyakini bahwa Alloh selalu berbuat baik kepada semua hambaNya dengan memberi nikmat dan keutamaan kepada mereka.
  3. Seseorang tidak boleh merasa pemberian Alloh itu sedikit dan merasa beban kewajibannya terlalu banyak.
  4.  Hendaknya dia merindu dalam banyak kesempatan dan hatinya bergetar takut kalau sampai perpaling dari Nya.
  5. Cintanya kepadaNya selalu membawanya untuk berdzikir dengan segala bentuk yang dia mampu.
  6. Berusaha keras melaksanakan berbagai kewajiban dan mendekatkan diri kepada Nya melalui amalan amalan sunnah dan kebajikan semaksimal mungkin.
  7. Dan lain sebagainya

“Jika semua itu sudah berkumpul dalam diri seseorang maka itulah yang disebut dengan mahabbatolloh atau cinta kepada Alloh”. Kata sang Imam.

Semoga kita dimampukan oleh Alloh untuk menjadi hamba yang mencintai Nya dengan sepenuh hati, aamiin.

Ihdina Ash Shirath Al Mustaqim

*sumber kutip: kitab Mukhtashar Syu’ab Al Iman Lil Imam Al Baihaqi Rahimahulloh.



https://www.moto7.net/ https://efda.gov.et/ https://www.perkemi.org/ Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor